Showing posts with label Misteri. Show all posts
Showing posts with label Misteri. Show all posts

Wednesday, April 10, 2013

Makam Dinasti Mesir Kuno Ditemukan Arkeolog Spanyol

Makam Dinasti Mesir Kuno Ditemukan Arkeolog Spanyol. Peneliti sejarah itu Berhasil menemukan manusia Purba berusia 3.550. Spanish National Research Council (CSIC) menemukan Banyak situs yang merupakan makam empat individu dan terpercaya berasal dari dinasti Mesir kuno.

Makam Dinasti Mesir Kuno Ditemukan Arkeolog Spanyol

Bukit Dra Abu el-Naga merupakan Tempat yang kini dikenal dengan nama Luxor adalah wilayah dimana fosil manusi itu ditemukan. Penelitian Besar ini dipimpin oleh Jose Manuel galan dari Institut Mediterania.Dan Ekspedisi Arkeologi ini merupakan bagian dari Proyek Djehuty, yang merupakan ekspedisi arkeologi Spanyol pertama untuk mempelajari makam Mesir.

Seperti Yang kita tahu bahwa Dinasti ke-17 ini merupakan bagian dari era yang dikenal sebagai Periode Menengan Kedua Mesir, yang bertahan dari 1800 dan 1550 sebelum masehi. dengan adanya penemuan ini amka banyak sejarah Yang akan diungkap dan menata kembali puing puing Misteri sejarah dunia mesir kuno

Read More

Tuesday, April 9, 2013

Kisah Rahasia Ramalan Soeharto Abad Ke 21

Kisah Rahasia Ramalan Soeharto Abad Ke 21 ini menjadi Unik dan Layak Diikuti Sebenarnya apa semua ini. Memang ini bukan Sepenuhnya ramalan ini lebih kepada pemahaman dan analisa Tentang apa Yang akan terjadi di era modern abad 21 ini.
Kisah Rahasia Ramalan Soeharto Abad Ke 21
Saat itu Kamis siang, 5 September 1996, di Istana Negara, Jakarta, Presiden Soeharto menyampaikan pidato pembukaan Pekan Kerajinan Indonesia Ke-7. Dalam pidatonya, Soeharto meramalkan, di abad ke-21, peranan utama dalam kehidupan dan pembangunan bangsa Indonesia terletak di tangan rakyat dan dunia usaha. Kini, kita berada di abad ke-21.
”Beberapa tahun lagi abad ke-20 akan kita tinggalkan dan kita akan memasuki abad ke-21. Berbeda dengan abad ke-20, maka abad ke-21 yang akan datang adalah zaman yang mengharuskan semua bangsa meningkatkan kerja sama yang erat. Di lain pihak, juga merupakan zaman yang penuh dengan persaingan yang ketat,” kata Soeharto saat itu.
Tahun 2003, kata Soeharto, kawasan Asia Tenggara akan menjadi kawasan perdagangan bebas, dan tahun 2010, kawasan Asia Pasifik akan membuka diri bagi masuknya barang dan jasa dari negara-negara berkembang sebagai wujud kerja sama APEC. ”Pada tahun 2020, kita harus membuka lebar-lebar pasar kita bagi produk-produk negara maju. Perkembangan ini akan membawa pengaruh besar bagi kehidupan dan pembangunan bangsa kita,” lanjutnya.
Dalam situasi demikian, menurut dia, peranan utama dalam kehidupan dan pembangunan bangsa akan berada di tangan dunia usaha dan rakyat sendiri, tidak lagi di tangan pemerintah. Pemerintah akan lebih banyak mengemban peran tut wuri handayani. Dalam arti, ke dalam, pemerintah harus mengembangkan kemampuan rakyat dengan memberi peluang dan kesempatan lebih besar untuk mengembangkan kreativitas dan prakarsa. Ke luar, pemerintah harus meningkatkan daya saing di seluruh aspek kehidupan.
Menghadapi abad ke-21, Soeharto menunjukkan pentingnya mengembangkan industri kecil dan kerajinan rakyat. Namun, dalam kenyataan, sebelum masuk abad ke-21, Soeharto jatuh.
Pengamat dan penulis masalah politik dan sosial, Sukardi Rinakit, mengatakan, ramalan Soeharto benar. Tahun 1998, krisis segala bidang kehidupan Indonesia mencapai puncaknya. Akan tetapi, kata Sukardi, ekonomi bisa selamat berkat kreativitas rakyat dalam usaha kecil dan menengah. ”Krisis ekonomi 1998 teratasi karena kreativitas rakyat dalam usaha kecil dan menengah lagi. Berkat penyelamatan itu, usaha besar bisa tumbuh,” ujar Sukardi.
   Usaha kecil rakyat jadi penyelamat. Maka, pengusaha besar, menurut Sukardi, harus bisa menjaga kelangsungan kehidupan ini, antara lain mengurangi emisi, menjaga lingkungan hidup, menanam banyak pohon, dan ikut mengurangi banjir.
Bagaimana Menurut Sobat Masalah ini ?
Read More

Sunday, April 7, 2013

Pelet , Fakta, Islam dan Dunia Modern

Untuk Di era Modern ini Membahas Pelet itu terasa Sangat Janggal dan Masih Tabu. Padahal dalam kenyataanay Masih Banyak Sekali Praktek perdukunan Yang menjalankan pelet.

Pelet , Fakta, Islam dan Dunia Modern

Ada banyak Sekali Kaum Kaum Terpelajar, Para petinggi negara dan Bahakn Yang dikatakan intelektual pun ada beberapa Yang menggunakan Pelet. Saat ini istilah ilmu pelet sering diartikan sebagai cara curang untuk memikat lawan jenis. Entah itu menggunakan mantra, merapal doa, atau cara-cara yang lainnya. Kata pelet seolah-olah istilah yang buruk dalam memikat hati lawan jenis atau orang lain tanpa kesadaran. Padahal dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, pelet berarti kata-kata manis untuk mengambil atau memikat hati orang lain.

Sekretaris Jenderal Majelis Ulama Indonesia, DKI Jakarta Syamsul Ma'arif mengatakan, istilah pelet itu hanya pada istilah masyarakat saat ini. Syamsul menjelaskan, dalam Islam juga mengenal istilah yang serupa. "Dalam dunia pesantren dikenal istilah mahabbah, ya kurang lebih seperti pelet itu maknanya, tapi makna yang lebih luas berarti kasih sayang," kata Syamsul saat dihubungi beritahebohterkini.blogspot.com Minggu (6/4).

Syamsul menjelaskan, mahabbah itu berusaha memikat lawan jenis dengan merapalkan doa kepada Allah. Berdoa dengan ayat-ayat yang khusus dan amalan tertentu agar hati orang yang diinginkan bisa takluk. Meski begitu, menurut Syamsul, dalam Islam hal yang terkait dengan memikat hati orang lain masih menjadi perdebatan ulama.

Namun, menurut Syamsul, ada beberapa kitab yang menjelaskan tentang mahabbah itu sendiri. Bahkan menjadi pembahasan yang familiar dalam dunia pesantren. "Salah satunya dalam kitab Khazilanatul Abrar, karya Imam Al Ghazali juga membahas tentang mahabbah," ujar Syamsul lebih lanjut.

Syamsul memberikan contoh doa yang dianggap bisa untuk memikat orang lain dan menurutnya doa itu sangat populer di kalangan pesantren. "Yuhibbunahum kahubbillahi walladzina amanuu asyaddu hubban lillahi, law anfaqta ma fil ardi jami'a ma alafta baina qulubihim wa lakinnaloha allafa bainahum innahu 'azizun hakim, wa alqoytu alaika mahabbatan minni wa litusna'a 'ala aini," kata Syamsul merapalkannya dengan lancar.

Menurut Syamsul, inti dari doa itu bisa memancarkan aura kasih dan sayang. "Substansi doa itu intinya agar orang lain menyayangi kita," ujar Syamsul menjelaskan lebih lanjut. Selain itu, menurut Syamsul, amalan membaca surat Yusuf dalam Alquran juga sering digunakan untuk memikat hati orang lain atau lawan jenis dan banyak doa atau ayat khusus lainnya.

Meski doa itu sangat familiar dan bisa dibaca oleh siapa saja, menurut Syamsul, ada amalan-amalan yang lain yang harus dilakukan. Syamsul tidak merinci jelas, apa saja amalan-amalan pendukungnya. "Pada intinya untuk memikat orang lain itu dengan cara berdoa kepada Allah, bukan dengan meminta bantuan kepada setan atau jin," ujar Syamsul lebih lanjut.

Menurut Syamsul, memikat hati orang lain atau lawan jenis tentu harus dilandasi dengan niat yang baik. Dia mencontohkan, bagaimana memikat hati seorang lawan jenis yang tujuannya untuk menikah dan membangun rumah tangga yang diridhai Allah.

Sedangkan mengenai kemujarabannya, Syamsul tidak bisa memastikan. Dia menuturkan, kebetulan dia tidak pernah menggunakan rapalan semacam itu untuk memikat hati orang lain. "Saya menggunakan cara yang formal saja, tidak menggunakan doa atau rapalan khusus," ujar Syamsul lebih lanjut.

Lebih lanjut, Syamsul menjelaskan, mujarab atau tidaknya ayat itu, tergantung kehendak yang maha kuasa. Namun menurut Syamsul, semuanya bisa saja terjadi atas kehendak Allah. Bagi Syamsul, bahkan ada doa yang dikabulkan, meski untuk kejahatan sekali pun.

Syamsul menambahkan, hal yang terkait dengan mahabbah atau memikat hati orang lain masuk disebut sebagai ilmu hikmah. "Ilmu yang tidak pernah masuk secara akal dan logika, tapi memiliki bukti yang nyata," kata Syamsul lebih lanjut.

Nah Bagaimana Menurut Anda tentang ilmu Pelet memelet ini ?

Read More

Wednesday, April 3, 2013

Gerbang Neraka Telah Ditemukan Di Turki

Gerbang Neraka Di Turki Telah Ditemukan. Sungguh ini telah menjadi Berita heboh Terkini karena neraka itu kan merupakan Hal Ghaib Yang Untuk Mampu ke sana kita musti jadi ghaib dulu dan cara terbaiknya adalah meninggal.

Hal ini Tampak mustahil orang bisa ke Neraka Tanpa Meninggal dulu. dan ini ada Arkeolog Yang mengklaim menemukan Pintu Neraka Di Negara turki.
Berdasarkan Pengakuan beberapa orang dan Menurut kantor berita Italia, ANSA, sebuah tim arkeolog yang sedang meneliti kota kuno Phrygian, di Hierapolis yang berlokasi di barat daya Turki, mengklaim telah menemukan Plutonium atau gerbang menuju Pluto.

Sebuah situs arkeologi yang dibuat oleh pilgrim atau peziarah kuno menduga gerbang itu sebagai jalan masuk ke underworld atau alam baka. Sebuah gua mungil dekat kuil Apollo adalah lokasi Plutonium yang diketahui memancarkan gas yang dapat menyebabkan kematian.

Seorang arkeolog yang berada di lokasi, Francesco D'Andria dari University of Salento mengumukan temuan tersebut dalam konferensi pers yang diadakan di Turki pada pertengahan Maret lalu, menurut La Gazzetta Del Mezzogiorno.

"Kami dapat melihat bahwa gua tersebut memiliki gas mematikan. Sejumlah burung tewas saat hendak mendekati pintu masuk gua akibat uap karbondioksida," tambah D'Andria

Memang sih ini bukan sepenuhnya Tentang arti neraka Yang sesungguhnya. Karena Neraka itu Belum ada Yang tahu pasti bagaimana dan dimana. Bagaimana Menurut anda ?
Read More

Tuesday, April 2, 2013

Misteri Orang Pendek Sumatra Itu Kera Atau manusia

Misteri Orang Pendek Sumatra Itu Kera Atau manusia masih menjadi perdebatan di kalangan tertentu. Banyak Sekali Fakta Yang mendukung dugaan Masing masing kelompok. Nah mari kita Lihat Detail Faktanya dibawah ini

Hampir setiap hari para polisi hutan di Taman Nasional Way Kambas, Lampung, berjalan kaki menyusuri hutan perawan di wilayah seluas 125 ribu hektar. Itu tugas rutin, berpatroli mengawasi tiga area besar taman konservasi, Way Kanan, Way Bungur, dan Kuala Penet.  Setiap area itu dibagi lagi menjadi empat resor.

Mereka menjaga taman nasional dari pembalakan liar, atau perburuan liar. Hutan di Way Kambas adalah tempat konservasi badak, harimau sumatera, dan juga gajah. Di sana bahkan ada sekolah gajah pertama di Indonesia.

Sekali patroli, para polisi hutan itu bisa berjalan kaki selama dua pekan, atau bahkan sebulan. “Mereka membawa makanan, dan juga tenda”, ujar juru bicara Taman Nasional Way Kambas, Sukatmoko kepada VIVAnews. 

Tapi satu regu patroli di resor Rawa Bunder, Way Kanan, menemukan hal mengejutkan pada Ahad, 17 Maret 2013 lalu. Di petang hari itu, di saat tubuh mulai lelah, tujuh polisi hutan terperangah: ada sekelompok makhluk mirip manusia namun ukurannya lebih kecil melintas di rawa.

Mereka sontak terkesiap. Para polisi hutan dan kelompok “orang pendek” itu berhadap-hadapan dengan jarak sekitar 30 meter.  Kaget, dan tak menyangka bersua makhluk aneh, para polisi hutan itu terpacak diam. Hening. Sekejap kemudian, gerombolan “orang pendek” itu berlari masuk ke dalam rimbun hutan. Hilang.

Barulah para polisi hutan sadar, seharusnya mereka mengabadikan gambar “orang-orang pendek” itu. Mereka hanya bisa mengingat “orang-orang pendek” itu bertelanjang, sebagian memegang kayu berbentuk tombak, dan bahkan ada yang menggendong bayi. Diduga saat itu, mereka sedang mencari ikan atau mencari air minum.

Penasaran dengan apa yang mereka lihat, tiga hari kemudian, grup itu kembali berpatroli di tempat sama. Tim sengaja memilih waktu persis saat mereka bertemu makhluk aneh, menjelang malam. Dan betul, “orang-orang pendek” yang dihitung lebih dari sepuluh orang itu terlihat lagi. “Suasana dan lokasinya sama saat petugas patroli melihat yang pertama dan yang kedua,” kata Sukatmoko. Namun, lagi-lagi, polisi kalah cepat memotret mereka.

Dari penampakan kedua ini, tim memastikan, penampilan “orang-orang pendek” itu seperti manusia purba. “Mereka tidak memakai baju, berambut gimbal panjang dan memegang tombak kayu panjang. Tidak bisa juga dibedakan yang masih dewasa atau anak-anak, namun petugas kami melihat ada di antaranya seperti yang perempuan sedang menggendong bayi,” Sukatmoko menambahkan.

Hari itu juga, polisi hutan Taman Nasional memasang 15 kamera pengintai bersensor inframerah di sekitar lokasi itu. Kamera ini biasa digunakan untuk menangkap gambar aktifitas satwa liar, dan bisa menangkap objek bergerak yang melewatinya baik siang maupun malam.

“Nanti kalau sudah ada bukti secara visual kami baru bisa bicara. Karena selama ini kami hanya mengandalkan bukti penglihatan mata petugas, maka kami saja belum berani melaporkannya ke kementerian kehutanan secara resmi,” kata Sukatmoko.

Ini sebetulnya bukan kali pertama “orang-orang pendek” itu terlihat. Pada 1995, satu regu pendaki di Gunung Singgalang pernah bersua dengan makhluk serupa yang dilihat para polisi hutan di Way Kambas.  Denni, seorang anggota pendaki itu, menghubungi VIVAnews setelah berita temuan “orang-orang pendek” itu dimuat di media. “Saya pernah melihat ‘orang pendek’”, ujarnya.

Dia berkisah, pada suatu pagi,  dia mendaki gunung setinggi 2.887 meter itu. Sekitar pinggang gunung, di sebuah kawasan yang agak datar, tiba-tiba Denni dan temannya kaget campur takjub melihat sepasang makhluk seperti monyet tapi berjalan dengan dua kaki. Tangannya mengayun khas seperti manusia. “Bulunya berwarna emas, berjalan tegak, berpegangan tangan,” kata Denni. Denni dan temannya berhenti berjalan, lalu mengamati.

Tinggi makhluk tak berekor itu sepinggangnya atau kira-kira 1 meter. Sepasang makhluk itu berjalan kira-kira 30 meter di dekat mereka berdua. Semua badannya berbulu, kecuali mukanya. Bulu di kepalanya sedikit lebih panjang. “Mukanya agak rata,” kata Denni.

Meski perawakan seperti manusia, namun bulu tipis di sekujur badannya membuatnya tampak lebih seperti monyet daripada manusia, kata Denni.

Karena tak pernah melihat makhluk macam itu sebelumnya, Denni yang menenteng kamera saku pun bergerak cepat hendak memotret. Namun seperti tahu mau dipotret, kedua makhluk itu bergerak lebih cepat, menghilang di balik rimbun pepohonan. Dia gagal mengambil gambar dari temuan langka itu.

“Orang Pendek” Kerinci

Tapi Deborah Martyr, perempuan peneliti asal Inggris yang beberapa kali menyaksikan ”orang pendek” di Taman Nasional Kerinci Seblat, meragukan makhluk yang dilihat polisi hutan di Way Kambas adalah “orang pendek” yang sama.

Debbie, begitu panggilan perempuan itu, menyatakan “orang-orang pendek” yang dilihatnya di sejumlah hutan di Jambi, Bengkulu dan Sumatera Barat umumnya soliter, tidak bergerombol lebih dari tiga orang.

“Saat melihat ‘orang pendek’, dia hanya sendiri. Tidak pernah saya melihat mereka berkelompok hingga belasan,” kata Pemimpin Tim Fauna & Flora International's Tiger Protection & Conservation Units di Sumatera itu. (Baca juga bagian 4—Wawancara Debbie Martyr)

Perkenalan Debbie dengan “orang pendek” dimulai dari tahun 1989, ketika dia saat itu bekerja sebagai jurnalis sebuah media di Inggris, dan berlibur ke kawasan Taman Nasional Kerinci Seblat yang membentang di empat provinsi yakni Sumatera Barat, Jambi, Bengkulu dan Sumatera Selatan.

Saat itu, Debbie mendengar kisah Orang Pendek. Dia pun penasaran. Namun baru tahun 1994, Debbie bersama Jeremy Holden dari Fauna dan Flora International-IP dan Achmad Yanuar dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia menggelar Project Orang Pendek.

“Awalnya saya juga beranggapan sama, itu hanya mitos. Namun setelah melihat, saya yakin itu bukan mitos,” katanya saat diwawancara jurnalis VIVAnews, Eri Naldi dan Arjuna Nusantara, di kediamannya di Sungai Penuh, Jambi, Rabu 27 Maret 2013.

Debbie pertama kali melihat “orang pendek” tahun 1994 di kawasan Gunung Tujuh dan kemudian di Gunung Kerinci, masih di Taman Nasional Kerinci Seblat. Tahun 1995, saat memasuki bagian Sumatera Barat dari taman nasional itu, di Solok Selatan, kembali Debbie melihat makhluk soliter ini. Tahun itu juga dia kembali menyaksikan makhluk itu di hutan lindung di perbatasan Sumatera Barat dengan Sumatera Utara. Terakhir, pada 1996, Debbie melihatnya lagi di sebuah hutan produksi di Mukomuko, Bengkulu, dan di Tapan, Pesisir Selatan, Sumatera Barat.

Namun tak satu pun yang berhasil dipotretnya. Padahal mereka sudah memakai kamera pengintai paling canggih yang biasa memotret harimau sumatera. Alhasil, tim penelitian ini lebih banyak mengandalkan penelitian berdasarkan pandangan mata saksi, termasuk mereka sendiri.

 “Badannya agak besar, tinggi sekitar 130 cm. Warna kulitnya madu tua, bulu di kepala sedikit tebal. Perawakan wajahnya hampir sama dengan orangutan tapi tidak mirip dengan manusia,” kata Debbie menceritakan ciri-cirinya, mirip seperti yang dilihat Denni di Gunung Singgalang.

Yanuar yang meraih gelar master dari Universitas Cambridge, Inggris, atas penelitian primata di Kerinci ini juga mengalami hal yang sama, hanya bisa melihat namun tak bisa mengabadikan gambar “orang pendek” ini. Bahkan Yanuar lebih dulu melihat “orang pendek” ini daripada Debbie. Kali pertama, seperti diungkapkannya dalam sebuah laporan terkait Project Orang Pendek, adalah di Provinsi Lampung di tahun 1993.

 “Jelas sekali berjalan dengan dua kaki, memperlihatkan ayunan tangannya,” kata Yanuar. “Warna (bulu)nya coklat agak keemasan.”

Meski tak mendapatkan gambar meyakinkan, Project Orang Pendek ini berhasil mengumpulkan spesimen rambut, feses, jejak telapak kakinya, serta bentuk pemukimannya. Rambutnya kemudian ada yang dikirim ke Inggris untuk diekstrak DNA-nya. Jejak kaki juga dicetak, memperlihatkan lekuk seperti telapak kaki manusia, namun lebih pendek, lebih lebar dan jempolnya agak besar dan mencelat.

“Jempol menonjol keluar dan beban sepertinya dibagi rata untuk menghasilkan kombinasi kera besar dan manusia. Saya mencatat beberapa persamaan, berdasarkan bentuk kaki,” Yanuar menulis di laporan riset.

Satu kali, dalam riset lapangan, tim sempat mendapatkan feses segar “orang pendek”. Baunya seperti feses manusia. Analisis atas feses ini, disimpulkan orang pendek itu adalah omnivora meski lebih banyak memakan sayur, buah-buahan dan akar-akaran. Orang pendek juga memangsa serangga seperti ulat pohon dan larva. “Tapi sepertinya dia tidak makan cabai,” kata Debbie lalu tertawa.

Kemudian tim juga mengumpulkan hasil wawancara dengan penduduk yang pernah bertemu makhluk itu. Narasumber ini macam-macam pekerjaannya, 57 persen petani, 18 persen pemburu atau pengumpul gaharu, 14 persen pegawai pemerintah, 4 persen ahli kehutanan dan lainnya sekitar 8 persen.

Ada variasi penampakan “orang pendek” di mata narasumber riset. Ada yang melihatnya berjalan dengan empat kaki, tapi umumnya dua kaki. Tapi semuanya konsisten melihat makhluk ini berjalan di atas tanah, tak ada yang melayang dari pohon ke pohon seperti dilakukan kera, beruk atau orangutan.

Sementara warna bulu di badannya, umumnya berwarna coklat meski ada sedikit yang melihatnya kemerahan atau keemasan. Bulu di kepala lebih panjang dan tebal, sementara di bagian dada dan perut lebih tipis sehingga memperlihatkan warna kulit mereka.

Umumnya mereka ditemui sedang berjalan, kemudian makan, dan sedikit yang bertemu sedang berbaring. Sementara tinggi badan, ada yang melihat di bawah 1 meter, namun ada yang sampai 130 sentimeter. (Lihat Bagian 2—Infografik)

Narasumber ini tersebar di sepanjang Bukit Barisan dari utara Sumatera Barat sampai ke selatan Bengkulu, baik dari dataran rendah sampai pegunungan di atas 1.000 meter di atas permukaan laut. Penamaannya pun beragam.

Di Sumatera Barat, “orang pendek” itu juga dikenal sebagai Si Bigau. Di Jambi sendiri, selain disebut Uhang Pandak (dialek lain dari ‘Orang Pendek’), juga disebut Antu Pandak dan Si Gugu.

William Marsden, yang menghabiskan masa mudanya di Sumatera antara tahun 1754 sampai 1836, sudah menyinggung soal Si Gugu ini dalam bukunya berjudul “History of Sumatra”. Dalam buku edisi tahun 1811, Marsden yang juga dari Inggris menceritakan bahwa di antara Palembang dan Jambi, ada dua suku yang hidup di hutan yakni suku Kubu dan Gugu. Gugu, dijelaskan Marsden, kecil dan berbulu di sekujur tubuhnya.

Seorang warga Sungai Penuh, Kerinci, Iskandar Zakaria, adalah salah satu warga yang percaya dengan keberadaan Orang Pendek. Di tahun 1990-an akhir, Iskandar yang kini berusia 71 tahun melihat betul Orang Pendek. Saat itu, Iskandar memang sengaja menjelajah hutan di kaki Kerinci dengan niat mencari makhluk legenda itu.

Di hari ketiga pencariannya, menjelang Subuh, Iskandar yang saat itu mau buang air besar di pinggir sungai di sebuah perkebunan melihat yang dicari-carinya. Orang Pendek terlihat turun dari bukit menuju sungai. "Saya terkejut dan hanya bisa diam saja. Karena, Uhang Pandak itu berjalan tepat di hadapan saya. Pada saat itu jaraknya hanya sekitar dua atau tiga meter saja dari saya," katanya.
 
"Pada saat melintas di depan saya, Uhang Pandak ini melirik saya. Kejadian itu cepat sekali. Karena, setelah melintas di hadapan saya, Uhang Pandak hilang ke dalam hutan lagi," katanya.
 
Dari pengamatan itulah, Iskandar menyatakan, wajah Orang Pendek sama sekali tidak menyerupai manusia. Sekujur tubuh mahluk dengan ketinggian sekitar 80 sentimeter ini ditutupi bulu seperti orangutan. Dan satu hal lagi, dia berjalan dengan telapak kaki ke depan, bukan terbalik seperti selama ini menjadi mitos di masyarakat

"Tempat tinggal Uhang Pandak ini semak rimbun. Makanannya kulit kayu yang ada di hutan. Karena, dari yang saya temui di sekitar tempat tinggal Uhang Pandak ini banyak bekas kupasan kulit kayu," katanya.

Kera atau Orang?

“Mereka tergolong primata, bukan manusia,” kata Debbie yakin, saat ditanya soal klasifikasi “Orang Pendek” ini. Orang Pendek, kata Debbie, adalah primata yang belum tercatat dalam ilmu pengetahuan.

“Asumsi saya dia lebih dekat ke Siamang. Mereka tidak berkelompok tapi tumbuh dalam keluarga kecil—satu ibu dan anak-anak tanpa pejantan.” Karena asumsi inilah Debbie meragukan gerombolan yang di Way Kambas adalah “Orang Pendek” yang sama dengan yang ditelitinya bertahun-tahun.

David Chivers, ahli primata dari Universitas Cambridge, telah menganalisis jejak telapak kaki yang dikumpulkan Debbie dan kawan-kawan. “Sangat tak biasa, karena mereka merupakan campuran karakter dari semua jenis kera dan manusia,” kata Chivers seperti dilansir majalah Edge Science edisi #7, April-Juni 2011. “Mereka punya jari yang lebih pendek, hampir seperti manusia.” Antropolog biologis dari Universitas Idaho, Jeff Meldrum, juga melihat jejak kaki itu menandakan bipedalisme atau berjalan dengan dua kaki.

Sementara analisis atas DNA rambut, ahli hewan Hans Bruner dari Universitas Deakin, Australia, menyatakan rambut itu milik primata tak dikenal. Tahun 2010, jebolan genetika Universitas Oxford Tom Gilbert melakukan tes DNA sendiri atas rambut tersebut. Peneliti di Centre for GeoGenetics, bagian dari Natural History Museum of Denmark, itu menyatakan DNA makhluk itu adalah manusia, atau setidaknya berhubungan dekat dengan manusia. Jika pendapat ini diterima, “orang pendek” bisa berdiri sejajar dengan Homo neanderthal, Homo floresiensis dan Homo sapiens alias masuk jajaran “manusia”. (Baca juga Bagian 3—Berburu “Hobbit” di Gua Flores)

Lembaga riset genetika di Indonesia, Eijkman Institute for Molecular Biology sendiri skeptis dengan status manusia atas “orang pendek” ini. Deputi Direktur Lembaga Eijkman  Prof Herawati Sudoyo menyatakan, pertanyaan soal genetika “orang pendek” belum bisa dijawab karena tak ada gambar yang jadi bukti keberadaan mereka. Jika keberadaannya sudah pasti, barulah kemudian bisa lanjut kepada pengambilan sampel DNA, kata Herawati.

Soal gambar dan habitat “orang pendek” inilah yang menjadi pekerjaan bertahun-tahun sejumlah pemerhati flora dan fauna. Fauna Flora International (FFI) yang melakukan monitoring harimau sumatera di Taman Nasional Kerinci Seblat belum pernah mendapat gambar “orang pendek” dari seratusan kamera trap yang terpasang di enam lokasi sejak tahun 2004.

“Jika memang ada, mungkin sudah tertangkap kamera pengintai kami,” ujar Yoan Dinata, Manager FFI areal Sumatera Barat pada VIVAnews.

 “’Orang pendek’ itu sepertinya punya kemampuan mendeteksi benda listrik,” kata Suwandi Ahmad, yang pernah membantu dokumentasi tim Debbie saat mengumpulkan data “orang pendek”. “Indra pendengaran dan penciuman mereka sepertinya tajam sekali,” kata Suwandi.

Dia lalu menceritakan sebuah kisah unik seorang fotografer alam bebas yang sudah delapan bulan mengikuti Debbie, berusaha memotret “orang pendek”. “Setelah delapan bulan, pada suatu saat, baterai kameranya habis, dia lalu mengganti baterenya,” kata Suwandi. “Saat itulah, beberapa “orang pendek” datang mengerubungi fotografer itu. Dia gemetaran saat mengisi baterai, namun ketika sudah terisi, ‘orang pendek’nya pergi lagi. Seminggu lamanya setelah itu si fotografer ngambek,” kata Wandi tertawa.

Dosen Biologi Universitas Andalas, Dr. Wilson Novarino, salah satu ilmuwan yang yakin akan keberadaan “orang pendek”, menyebut insting makhluk menghindari dari manusia itu mungkin bagian dari kunci survivalnya. “Karena kondisinya yang sangat sensitif dan tidak mau bertemu manusia, bisa jadi populasinya semakin mengerucut,” kata Wilson.
Jejak Kaki Si Orang pendek

Orang Pendek, kata Wilson, sangat besar kemungkinan salah satu dari banyak hewan yang masih misterius. Hingga kini baru 1,9 juta spesies telah teridentifikasi. Dalam studi yang dipublikasikan Selasa, 23 Agustus 2011 di jurnal PLoS Biology, ilmuwan menghitung ada nyaris 8,8 juta spesies di Bumi. Dari jumlah itu, 6,5 juta berada di daratan dan 2,2 juta di lautan.  Kerajaan hewan mendominasi dengan 7,8 juta spesies, fungi (jamur) sekitar 611.000 dan tanaman sekitar 300.000 spesies.

Jika benar ada 8,8 juta spesies, "Itu angka yang brutal," kata Direktur Eksekutif Ensiklopedi Kehidupan, Erick Mata. "Kita bisa menghabiskan waktu 400 sampai 500 tahun untuk mendokumentasikan spesies yang benar-benar hidup di planet kita," katanya.

Bisa jadi, “orang pendek” adalah salah satu makhluk yang masih luput terdata itu. Bagaiman menurut Anda Apakah Orang pendek itu Manusia Atau kera ?
Read More

Monday, April 1, 2013

Misteri Wanita Penjelajah Waktu Ditahun 1938 Terkuak

Misteri Wanita Penjelajah Waktu Ditahun 1938 TerkuakMisteri Wanita Penjelajah Waktu Ditahun 1938 Terkuak. Banyak orang yang Heboh Dengan Video time Traveler di tahun 1938. Video Yang dipublish Di Youtube ini sangat populer dan sempat jadi hot Video Karena Banyak Yang bingung bagaimana bisa Ada teknologi ponsel di tahun 1938. Muncul spekulasi sang wanita adalah penjelajah waktu dari masa depan. Benarkah semua itu ?

Video wanita itu membuat heboh di kalangan pengguna internet sejak lama. Yang jadi pertanyaan, bagaimana mungkin ada orang yang menggunakan ponsel plus handset tanpa kabel. Ada 300 ribu orang yang menonton video yang dibuat di sebuah pabrik di Amerika Serikat pada tahun 1930-an itu.

Mereka yang percaya teori konspirasi menduga, wanita itu adalah penjelajah waktu dari masa depan. Dia membawa teknologi kini ke masa lalu, hingga terekam kamera.

Dilansir Daily Mail, Senin (1/4/2013), baru-baru ini muncul cicit dari sang wanita yang berada di dalam video tersebut. Perwakilan keluarga menegaskan, wanita itu bukan time traveler seperti yang dispekulasikan para penganut paham teori konspirasi.

Wanita itu memang menggunakan telepon seluler, namun itu masih merupakan prototipe yang sedang dikembangkan oleh pabrik alat komunikasi di Leominster, Massachusetts.

Bila kita melihat video itu, selintas memang agak mengejutkan. Terlebih lagi judulnya langsung diberi nama 'time traveler in 1938 film'.

Seorang wanita dengan pakaian ala tahun 30-an berjalan bersama sejumlah orang yang baru pulang bekerja. Dia terlihat sedang berbicara melalui sebuah alat yang dipasang di telinganya. Wanita itu juga terlihat membawa telepon seluler modern.

Belakangan diketahui, gambar itu diambil di sebuah pabrik milik Dupont.

Setelah menyebar begitu luas, ada seorang pemilik akun 'planetcheck' yang mengklaim sebagai cicit dari wanita itu yang diketahui bernama Gertrude Jones.

"Dia berusia 17 tahun saat itu. Saya bertanya padanya soal video ini dan dia ingat. Dia mengatakan, Dupont memiliki seksi komunikasi telepon di pabrik," jelasnya.

"Mereka sedang bereksperiman dengan telepon tanpa kabel. Gertrude dan lima wanita lainnya diberikan ponsel tanpa kabel itu untuk pengujian selama seminggu," sambungnya.

Belum ada verifikasi langsung soal klaim 'planetcheck'. Namun pengguna YouTube lainnya yang punya kerabat pegawai pabrik itu juga memberi penjelasan serupa.

Dan Inilah Video Yang menghebohkan dunia Maya itu

Read More

Saturday, March 30, 2013

Misteri Republik Lan Fang, Negara dalam Negara

Mungkin tidak Banyak orang Yang tahu Tentang Republik Lanfang di kalimantan ini, Disini Saya akan Mencoab Menjelaskan Sedikit Tentang Republik Lanfang ini. Penduduk Lan Fang saat itu semacam "negara di dalam negara". Republik Lan Fang berdiri pada tahun 1777, mereka masih membayar upeti tanda tunduk kepada Kesultanan Sambas dan Mempawah di Kalbar, tapi sehari-hari mereka sangat otonom.

Republik Lan Fang, Negara dalam Negara
Karena tata pemerintahannya sangat demokratis dibandingkan kongsi-kongsi lain yang umumnya bergaya feodal, secara tak langsung Lan Fang pun mendapat julukan "republik." Diberi tanda kutip karena secara de facto, tidak ada pengakuan internasional kepada republik ini.

Meski, kenyataannya, syarat untuk terbentuknya sebuah republik telah terpenuhi. Tak cuma punya rakyat dan wilayah, Lan Fang rutin menghelat pemilu untuk memilih "presiden." Lan Fang juga memiliki sistem perekonomian, perbankan, dan Hukum sendiri. Republik ini mampu bertahan hidup selama 107 tahun.

Bendera Republik Lan Fang berbentuk empat persegi panjang berwarna kuning dengan lambang dan kalimat .“Lan Fang Ta Tong Chi” Panji kepresidenan berbentuk segi tiga berwarna kuning dengan kata “Chuao” ( Jenderal ). Pejabat tingginya berpakaian ala Tiongkok kuno, sedangkan yang berpangkat lebih rendah mengenakan pakaian ala barat.

Lo Fang Pak, seorang guru dari Kwangtung - Cina merupakan pendiri sekaligus Presiden pertama Republik Lan Fang yang berjasa menyatukan puluhan ribu orang Tionghoa yang saat itu berburu emas sampai ke Kalimantan Barat.


Presiden pertama Lan Fang Lo Fang Pak

Hebatnya, Republik Lan Fang kala itu sudah membangun jaringan transportasi, punya kitab undang - undang hukum, menyelenggarakan sistem perpajakan, mengembangkan sistem pendidikan, pertanian dan pertambangan, bahkan punya ketahanan ekonomi berdikari, lengkap dengan perbankannya.

Republik Lan Fang juga sangat disegani karena kemampuannya mengusir buaya di muara Kapuas. Bahkan setelah sukses membantu Sultan Kun Tien dalam perang melawan Kesultanan Mempawah dan kelompok Dayak, seluruh orang Tionghoa memilih berlindung pada Republik Lan Fang, termasuk Sultan Kun Tien sendiri.

Berbagai referensi juga menyebut kalau Lan Fang memiliki hubungan perdagangan yang disebut dengan segitiga emas. Yakni, menghubungkan antara Lan Fang, Tiongkok, dan negara di Semenanjung Malaysia, hingga Vietnam.


"Lemahnya kesultanan yang hanya tertarik dengan upeti membuat Lan Fang bebas bertransaksi dengan yang lain," tutur budayawan Xaverius Fuad Asali.

Setelah 47 tahun berdiri dan tercatat punya 10 Presiden yang dipilih lewat Pemilu, akhirnya Republik Lan Fang takluk di tangan penjajah Belanda.

Alkisah, pada 1884, Singkawang, Kalbar, wilayah dimana Lan Fang berada, menolak untuk dikuasai Belanda. Akibatnya, wilayah yang saat ini dijuluki Kota Seribu Kelenteng itu diserang. Warga setempat pun kocar-kacir setelah sempat bertahan selama empat atau lima tahun bertempur. Mereka melarikan diri ke Sumatera lantas ke Medan.
Beberapa kemudian melanjutkan pelarian hingga ke Singapura dan melanjutkan pembangunan. Dan, tentu beranak pinak. Salah satu keturunannya adalah mantan Perdana Menteri Singapura Lee Kuan Yew.

Susahnya Restorasi
Seperti dilansir JPNN, kini sedang diupayakan merestorasi kembali keberadaan Republik Lan Fang. Salah satunya, adalah situs lanfangchronicles.wordpress.co m yang tiga tahun ini sudah membuat pameran tentang Lan Fang di Singapura. Berbagai peninggalan Lan Fang telah pula direstorasi.

Mulai dari miniatur bentuk uang, menara perlindungan, lukisan-lukisan dan foto zaman dahulu, hingga membuat pagelaran puisi tentang perang kongsi. Pagelaran tersebut bahkan masuk menjadi agenda rutin Singapore Art Fest. Ironis memang, semua itu dilakukan oleh warga Singapura, bukan Indonesia sebagai pemilik sejarah.


Sayang, banyak arsip Republik Lan Fang yang dulu hilang. Menurut Soedarto - sejarawan Kalbar, arsip-arsip tentang Lan Fang sudah tidak ada lagi di tanah air. Termasuk juga arsip-arsip sejarah lainnya.

"Semuanya ada di luar, dibawa Raffles ke Inggris," katanya. Ia juga menyebutkan kalau arsip negara yang dibawa menuju Inggris mencapai 30 ton. Kalau pun masih berada di museum Royal London, penelusuran itu sangat sulit dilakukan.

Hilangnya arsip dari tanah air bukan hanya terjadi saat era penjajahan saja. Pasca kemerdekaan juga ada, prasasti dan arsip tersebut dijual dengan satu alasan: ekonomi. Soedarto menyebut barang berharga itu rela ditukar dengan rupiah untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Ternyata indonesia sangat Kay aakan budaya dan sejarah ya ? Saya yakin Masih Banyak yang Belum Terungkap

Read More